Jarak Tak Akan Memisahkan #CerpenPeterpan


Sabtu malam. Lagi-lagi hanya menggegam ponsel bukan tanganmu sejak pertemuan terakhir kita 3 bulan lalu di stasiun.

“Aku kangen.”
“Iya, aku juga.”
“Kamu kapan pulang?”
“Sabar ya.”


Air mataku mulai mengalir.

“Aku menyerah.”
“Maksud kamu.”
“Aku menyerah pada jarak. Aku menyerah dengan hubungan kita.”
“Tapi.. Sudah 3 tahun kitamemperjuangkan hubungan ini. Kamu tidak boleh menyerah. Sedikit lagi sayang. Sedikit lagi kita akan menang.”
“Apa yang bisa dipertahankan dalam hubungan seperti ini? Rindu? Iya? Mempertahankan rindu yang setiap hari semakin parah, rindu yang setiap hari menyiksaku? Apa? Tolong beri aku satu alasan agar aku tetap bertahan menunggumu pulang.”
“............”
“3 tahun sudah aku bertahan. Menunggumu dengan setia. Kamu terlalu sibuk untuk sekedar menemuiku, memelukku sebentar dan meyakinkanku agar aku bertahan.”
“Baiklah, jika memang ini keputusanmu yang mungkin terbaik untuk kita. Aku tidak punya cukup alasan untuk membuatmu bertahan, aku akan melepasmu. Untuk terakhir kalinya, aku bertanya. Tak bisakah kau menungguku? Aku akan segera pulang, memelukmu sayang.”
“Tidak. Maafkan aku.”


Aku menutup telepon. Tangisku pecah seketika. Aku tak tau setan apa yang mendorongku berkata seperti itu. Menghakimi kekasihku seolah dia tersangka utama yang membuat rinduku tak mau lagi berdamai yang menuntut akan hanya. Tersangka yang berujung dengan vonis kepada hubungan kami.

Aku merebahkan tubuhku ke tempat tidur dan memutar musik sekencang-kencangnya. Entah ini kebetulan yang sudah direncanakan Tuhan atau apa. Tak Bisakah – Peterpan mengalun dari iTunesku. Lagu kesukaan kita. Yang selalu kita nyanyikan saat bertemu. Ia bermain gitar, kita menyanyi sesekali ia mengacak rambutku. Aahh..

Hatiku bimbang namun tetap pikirkanmu
Selalu, slalu dalam hatiku
Ku melangkah sejauh apapun itu
Selalu kau di dalam hatiku
Ku berjalan, berjalan memutar waktu
Berharap temukan sisa hatimu
Mengertilah ku ingin engkau begitu
Mengerti kau di dalam hatiku
Tak bisakah kau menungguku
Hingga nanti tetap menunggu
Tak bisakah kau menuntunku
Menemani dalam hidupku
Dara kau menjadi hidupku
Kemana kau tahu isi hatiku
Tunggu sejenak aku di situ
Jalanku, jalan menemukanmu


Aku kembali mengambil ponselku, sambil terisak aku mengirim sms kepada kekasihku.

“Maafkan aku. Aku ga mau berpisah sama kamu. Maaf sikapku terlalu kekanakan, aku belum bisa ngertiin kamu. Tunggu sejenak aku di situ. Jalanku, jalan menemukanmu.Iya. Pasti. Aku akan menunggumu, sampai kapanpun itu. Aku akan menjaga hati ini untukmu. Sampai sebuah cincin kau sematkan di jari manisku. Bukan hanya jalanmu yang akan menemukanku tapi juga jalanku yang akan menemukanmu. Menemukan cinta kita yang berlabuh pada suatu titik. Aku sayang kamu Kian, Keeanu Bagaskara.”





Komentar