Malam ini aku berpaling ke jok belakang dan menanggalkan jok depan kesayangan, membiarkan kamu mengisinya.
Awalnya memang tak sengaja, ku kira hanya sebatas candaan. Aku tak menanggapi dengan serius, maklum aku memiliki berat gengsi diatas rata-rata. Dan akhirnya aku pun menikmati kenyamanan jok belakang bersamamu, mengitari kota mungil ini.
Tak ada percakapan diantara kita. Sunyi. Hening ditengah keramaian. Tapi biar saja, aku masih bisa menikmati harum tubuhmu sambil sesekali senyum-senyum kecil melihat ke arah kaca spion.
Hingga akhirnya di tengah perjalanan, kau membuka keheningan dengan percakapan basa-basi menanyakan kabar perkuliahanku. Tak banyak, 2-3 kalimat saja.
Lalu, kembali aku tersenyum menikmati wangi aroma tubuhmu. Ingin sekali aku melingkarkan tanganku ke pinggangmu. Namun, aku takut, aku urungkan saja niatku.
Ah, jok belakang.
Tak ingin aku mengalami hanya sekali. Aku ingin mengulanginya, menikmati malam bersamamu di jok depan. Mengendus aroma wangi tubuhmu dan melingkarkan tanganku ke pinggangmu.
Ya mungkin suatu saat.
Bersamamu, seorang di masa lalu.
Bersamamu, seorang di masa lalu.
Komentar
Posting Komentar