Suatu Siang di Kedai Kopi

pict source: dokumentasi pribadi

Selamat Sore!

Hai kedai kopi dekat kampus. Bagimu ini mungkin bukan surat cinta, dan mungkin kau menyebutnya ini surat sampah. Karena akan ada banyak kalimat-kalimat menyebalkan yang bisa membuatmu benci kepada penulisnya. Tapi bagiku ini adalah surat cinta, surat cinta yang ditulis dengan  sedikit berbeda.

Tadi siang aku berkunjung ke tempatmu bersama dua orang temanku karena aku penasaran dan ingin membuktikan kata orang-orang mengenaimu.  Kata orang-orang kamu nyaman. Kata orang kamu bagus. Kata orang kamu juga menyenangkan.

Bagiku, tidak. Kamu menyebalkan. Kamu menjengkelkan dan kamu membosankan. Eh, ralat-ralat. Bukan bagiku saja, tapi juga bagi kedua orang temanku.

Kami  datang, kamu cuek. Tak ada tempat. Tak ada menu makanan. Dan tak ada senyuman selamat datang. Tapi masih masih maklum. Karena kedatangan kami tepat pada jam makan siang dan banyak sekali orang yang membutuhkan perhatianmu.

Kami  duduk, kamu sedikit perhatian. Tapi tetap tak ada senyuman selamat datang yang membuat nyaman. Pesanan yang kami inginkan tidak ada sehingga memaksa kami untuk beralih ke yang lain. Kami mulai kesal.

15 menit kemudian. Kami masih duduk di tempat yang sama. Kamu bertambah cuek. Yang kami pesan tak kunjung datang. Tak ada hiburan. Kami bosan.

60 menit kemudian. Kami masih duduk di tempat yang sama namun dengan perasaan  yang tidak sama. Bukan, bukan! Kami bukan senang dengan keadaan ini. Tapi kami semakin bosan dan semakin kesal. Kamu semakin cuek. Kami lapar! Cacing-cacing di perut mulai berontak.

75 menit kemudian. Kami masih berada di bangku yang sama dengan muka yang semakin jutek dan kesal. Muka orang kelaparan yang bosan karena menunggu terlalu lama..

90 menit kemudian. Kami masih berada di tempat yang sama menunggumu. Berharap untuk kau perhatikan. Namun harapan hanya tinggal harapan, sebelum kami memanggil satu orang pelayanmu dan menanyakan kabar pesanan kami.

100 menit kemudian. Kami masih tenang di tempat yang sama sambil berusaha menimakmati teh dan kopi yang baru saja datang. Selera kami untuk makan sudah hilang.

120 menit kemudian. Kami masih berada di tempat yang sama dan bermain flappy bird untuk memperbaiki mood kami yang kau rusak. Dan akhirnya, cacing-cacing di dalam perut ini bisa makan.

130 menit kemudian. Kami beranjak meninggalkanmu. Dan tak lupa memberimu sedikit hasta karya ungkapan perasaan di atas meja yang mungkin bisa membuatmu senang ataupun kesal sama seperti apa yang kami rasakan tadi.

2 jam 10 menit. 2 jam untuk menunggu. 10 menit untuk menikmatimu.

Terimakasih untuk siang ini. Terimakasih telah melatih tingkat kesabaran kami. Dan terimakasih untuk sedikit perhatianmu.



3 Februari 2014, 15:25
Meja 15

Komentar