Bulan ke Duaratus Limapuluh Dua


Bulan ketiga, tahun dua puluh satu

Halo! Selamat datang kembali. Rasanya baru kemarin kita bertemu dan saling bercerita tentang luka hati yang perlahan sembuh. Sekarang kau sudah datang lagi dengan membawa cerita yang lain.

Kau tau kenapa aku menulis surat untukmu? Iya, aku mengagumimu lebih dari bulan-bulan yang lain.
Beberapa kejadian penting di hidupku terjadi berkat adanya kamu. Awal bapak ibuku bertemu hingga mereka akhirnya memutuskan untuk menikah. Pun, atas hadirnya aku di dunia ini juga berkat adanya kamu. Dan mungkin orang yang aku sayang juga berkat adanya kamu.

Ohiya, boleh aku meminta sesuatu? Mulai hari ini dan mungkin 30 hari ke depan, aku sangat sibuk dengan berbagai hal. Tugas-tugas kuliah akan menghantuiku. Jadi, boleh aku minta kau sediakan bertumpuk moodbooster untukku? Iya, aku butuh penyemangat yang bisa membuatku ceria setiap hari, setidaknya untuk 30 hari ke depan. Terserah mau kau sediakan dalam bentuk apa, yang penting fungsinya untuk memberiku semangat, syukur-syukur ia juga bisa membuatku bahagia.

Entahlah, harusnya aku bisa senang dan penuh semangat, tapi baru saja waktu berjalan satu jam aku sudah tidak bersemangat. Pikiranku kacau balau, pun hatiku. Tolong jangan kau tanya kenapa, jujur aku juga tak tau. Seperti ada sesuatu yang menjanggal di hati tapi aku tak bisa menyebutnya apa.

Tapi yasudahlah, ini baru saja memasuki hari pertama aku gak mau terlalu banyak mengeluh ini itu. Aku hanya ingin,  hariku sekarang dan (setidaknya) 30 hari ke depan menyenangkan. Tak ada keluh kesah.

Semoga nanti kau mengabulkan permintaanku. Memberiku moodbooster dengan takaran yang pas dan kerja yang maksimal. Semoga kau bisa bekerja sama denganku.

Baik-baik denganku ya bulan ke duaratus limapuluh dua.
Ehhhmmm, pohon yang kupesan dua taun lalu, apa sudah ada?

1 Maret 2014, 01:11

Komentar