Hujan, Aku dan Mantan


Hujan, seringkali menjadi kambing hitam saat sedang rindu mantan.
Pernah ku baca kalimat itu, entah dimana aku lupa. Katanya, aroma petrichor bisa membawa kita larut dalam kenangan masa lalu.  Bagiku itu tak masuk akal, hujan dan kangen mantan tak ada hubungannya. Lagipula sudah hampir satu taun ini aku kehilangan kepercayaan kepada kalimat-kalimat puitis seperti itu.



Lalu bagaimana dengan jika hujan ditambah dengan lagu cinta?
Percayalah, hidup tak sedramatis itu. Meski  hujan telah ditambah dengan lagu cinta, masih belum menggoyahkan ingatanku untuk berlari-lari ke masa lalu.

Bukan. Bukan aku tak punya kenangan soal hujan dan mantan.
Kehujanan di tempat tukang tambal ban? Pernah!
Kehujanan di stasiun saat mengantarnya pulang. Pernah!
Kehujanan saat akan pergi berkencan? Pernah!
Menunggu hujan reda sambil minum kopi dan bercerita akan masa depan? Pernah!
Tapi toh, sampai saat ini hujan belum bisa menaklukanku untuk memikirkannya apalagi merindukannya.

Bagiku, tak ada yang romantis dari hujan.
Hujan hanya membuat genangan air dimana-mana. Hujan menjadikan beberapa ruas jalan semakin macet. Hujan membuat pinggiran toko atau jembatan mendadak ramai oleh orang yang berteduh. Dan hujan membuat orang malas kemana-mana.
Alih-alih memikirkan mantan pacar, hujan malah membuatku semakin lapar, menyesal, dan memaki dalam hati karena stok makanan di kulkas sudah habis.

 Hari semakin larut. Hujan di luar semakin deras.

*triiiiing*

Sebuah pesan masuk di handphoneku.Tak ku kenali nama pengirimnya.

"Apa Kabar?"
 
Perlahan mengalun lagu Payung Teduh dari speaker laptopku.

Malam jadi saksinya 
Kita berdua diantara kata 
Yang tak terucap 
Berharap waktu membawa keberanian 
Untuk datang membawa jawaban
Mungkinkah kita ada kesempatan 

Ucapkan janji takkan berpisah selamanya

Sekali lagi ku lihat handphoneku dan pesan keduapun masuk,

"Masih ingat aku? Dago dan coklat hangat?"

Mataku terbelalak membaca pesan itu.
Yang benar saja, mantan pacarku mengirimiku pesan.

Hujan, mantan pacar dan lagu cinta.
Apakah ingatanku sudah berhasil berlari ke masa lalu?
Oh.. Tentu saja tidak. 

Tak lama kemudian handphoneku berdering lagi.
Pesan ketiga masuk.

"Aku di Bandung sekarang. Jika kau mau, datanglah di tempat pertama  kita bertemu dulu."

Tanpa berpikir panjang ku ambil jaket, dan bergegas menemuinya.


Ah. Sial!
Kali ini hujan berhasil mengalahkanku.

Hujan 1 - 0 Aku.


visit my other blog oriinmorin.blogspot.com 


Arinda Mita 

Komentar